Monday 7 March 2011

Cerita Insipirasi dan motivasi: Selalu Ada Pagi bagi Suwarti

Tidak ada pagi yang tak cerah bagi Suwarti. Pagi adalah matahari bagi hidupnya. Angin yang basah dan dingin, mendung, kabut bahkan hujan, tak pernah menjadi penghalang baginya menyongsong pagi dan matahari hidupnya. Setiap pagi, tak pernah lewat dari pukul 6:30, ketika banyak ibu rumah tangga masih bersiap-siap memberangkatkan putra-putrinya ke sekolah, ketika orang-orang yang akan ke kantor mungkin masih belum menyiapkan baju kerjanya, Suwarti sudah beredar di jalanan kompleks perumahan kami di Ciputat. Suaranya yang nyaring tetapi dengan nada rendah sudah kami kenal dengan akrab. “Kue..kue…Kue Pak? Kue Bu?” Suara itu berkumandang diiringi dengan langkah kakinya yang cepat dan suara sandalnya yang kadang seperti terseret. Menggendong kue jualannya, ia berjalan kaki sepanjang perumahan berisi ratusan rumah itu. Suaranya masih terdengar terus bahkan dari kejauhan.

Pertama kali saya tertarik pada Suwarti adalah karena wanita ini masih demikian muda, 30 tahun, tetapi ia benar-benar berwajah orang Jawa tempo dulu. Menggendong jualannya dengan busana seperti mbok-mbok jamu, dengan langkah yang gesit, dan, ya, ia selalu hadir dalam ukuran waktu yang tak pernah meleset. Tak urung saya menyetopnya sekali waktu, sepulang ia menjajakan jualannya. Dan, ia dengan kesopanan seorang ibu yang tak mau menaruh curiga kepada siapa pun, melayani pertanyaan-pertanyaan saya.



Suwarti adalah seorang wanita kelahiran Solo. Ibu dari dua orang anak, berumur 10 tahun dan enam tahun, ia bagi saya adalah potret wanita Indonesia yang seharusnya membuat kita selalu bangga jadi orang Indonesia. Tiga tahun terakhir ia jalani hidupnya dengan menjajakan kue di perumahan kami di Vila Dago Tol, dengan berjalan kaki. Dengan mengambil 150 potong kue dari juragannya yang tinggal di belahan lain daerah Ciputat, ia mengantongi keuntungan Rp25 ribu setiap hari. Dari rumah ia berangkat subuh-subuh, untuk mengejar pagi yang penuh rejeki di perumahan kami itu. Ketika hari sudah menunjukkan jam 10, ia biasanya menuntaskan `perjalanannya’ sebagai penjaja kue hari itu. Jam 11, ia sudah tiba di rumah kontrakannya seharga Rp200 ribu per bulan, untuk kembali sebagai ibu rumah tangga. Suaminya seorang pekerja bangunan yang rajin, tetapi tak selalu ada proyek yang membutuhkan tenaganya. Dengan kombinasi profesi yang demikian, ia dan suaminya bisa menyekolahkan kedua anaknya, satu di kelas empat SD satu lagi di kelas satu. Kedua anak itu dititipkan di kampung mertuanya, Purwodadi. Setiap bulan mereka mengirimkan uang untuk biaya sekolah anak-anaknya itu.

Suwarti dulunya adalah pembantu rumah tangga. Perkawinannya dengan suaminya yang dia kenal di Jakarta ini, membuat ia lama-lama berpikir untuk menyudahi saja pekerjaannya sebagai PRT, yang ia istilahkan `ikut orang.’ Setelah pernah mencoba berjualan macam-macam barang, akhirnya ia menemukan juragan kue yang bagi dia memberikan harapan. Dari juragannya itu ia mengambil kue setiap pagi lalu menjualnya dengan harga yang ia tetapkan sendiri. Setiap hari ia menyetor kepada juragannya Rp50 ribu. Kue yang tersisa dapat ia kembalikan. Dan ini, bagi Suwarti adalah sistem yang benar-benar ia sukai. Makin hari makin besar keuntungan yang ia peroleh. Tiga tahun terakhir ia rasakan sebagai tahun yang penuh pertumbuhan, menyebabkan ia selalu memandang pagi sebagai pagi yang penuh pengharapan.

Tidak menamatkan SD, anak bungsu dari empat bersaudara, pada tahun 1995 Suwarti meninggalkan orang tuanya di kampung halamannya yang hidup sebagai petani kecil. Seperti kebanyakan cerita orang-orang marginal, ia kala itu tak punya pilihan selain menjadi PRT untuk bisa bertahan di Jakarta. Kota ini bagi Suwarti adalah kota yang keras, tetapi kota yang selalu memberikan harapan. Hidup sebagai orang yang termarginalkan tidak dihabiskannya dengan kemarahan dan dendam kepada hidup. Ia, sebagaimana yang dapat saya lihat dari bagaimana ia bekerja, menjalani hari-harinya dengan ketekunan seorang yang menikmati apa yang dapat ia nikmati. Mensyukuri kesehatannya yang menyebabkan ia tampak tak pernah kelelahan di terik Jakarta. Dan, ia tak pernah merasa ada yang perlu ia menangkan karena ia tak pernah menganggap ada yang harus ia taklukkan.

Ketika makin banyak pedagang roti mengendarai motor bahkan mobil, ia tak merasa dagangannya bakal tersingkir. Justru dengan berjalan kaki, ia bisa mengetok pintu demi pintu, bisa berbicara dan berbasa-basi dengan tiap rumah. Ia tidak seperti pedagang roti yang mengendarai mobil, yang sapaannya terkadang terdengar angkuh lewat klakson atau lagu-lagu dari rekaman kaset yang membosankan. “Bu.. Kuenya Bu?” adalah sapaannya yang khas. Lalu dengan cepat ia akan membeberkan dagangannya dari gendongannya. Tahu dan tempe goreng, onde-onde, lepat pisang, lontong, kroket, dadar gulung, kue lapis, bertebaran tinggal pilih. Walau pun ia tahu, tak semua rumah akan sudi menyetopnya dan membeli dagangannya, senyumnya selalu mengembang. “Tiap orang ada rezekinya Pak. Alhamdulilah, selama tiga tahun ini, saya merasa makin banyak langganan. Makin hari makin baik-baik saja orang-orang kepada saya. Syukur alhamdulillah, tidak ada yang marah-marah. Tidak ada anjing yang mengejar-ngejar saya,” kata dia.

Pagi bagi Suwarti adalah harapan. Seburuk apa pun cuaca, seberat apa pun perjalanan yang harus ia tempuh, ia selalu pasti bahwa rezekinya ada pada pagi. Payungnya akan ia kembangkan manakala hujan turun kepagian. Ketika saya menduga bahwa hujan adalah malapetaka baginya karena itu akan menghambat perjalanannya, apalagi ia harus berjalan kaki memutar kompleks kami, ia malah tersenyum. “Justru kalau turun hujan Pak, orang malas keluar cari sarapan. Kue saya malahan lebih laku kalau turun hujan,” katanya. Sebuah jawaban yang bagi saya penuh optimisme dan pengharapan.

Pertanyaan klasik yang sesungguhnya tak perlu lagi dilontarkan manakala berkenalan dengan orang seperti Suwarti adalah untuk apa dan mengapa ia bekerja membanting tulang. Sudah barang tentu orang seperti dia harus membanting tulang. Untuk makan-minum dirinya. Untuk menyambung hidupnya anak beranak. Tetapi toh, saya harus menanyakan itu, untuk mengeksplorasi siapa tahu ada lagi yang membuat dirinya mempunyai energi yang luar biasa. Dan, ternyata memang ada.

Dua anaknya, semuanya diasuh oleh keluarga mertuanya dengan biaya dari suami dan dirinya, adalah energi yang tak pernah habis. Ia selalu membayangkan anak-anaknya itu kelak mendapat pendidikan yang baik. Ia ingin mereka kelak dapat menikmati hidup lebih dari yang dinikmatinya kini. Kemana pun dan sampai setinggi apa pun, ia ingin mendukung anak-anaknya, sepanjang itu berarti menempuh pendidikan yang baik dan lebih tinggi. “Saya sepenuhnya tergantung mereka. Kalau mereka bersekolah dengan baik, mereka belajar dengan baik, saya akan usahakan. Tidak ada kata berhenti bagi saya, Pak,” kata dia. Senyumnya pasti.

Tentulah berat bagi Suwarti menggali energi itu. Anak-anak itu tinggal di tempat yang jauh, yang mungkin hanya bisa ia temui sekali dalam setahun manakala lebaran tiba. Tetapi semakin ia pikirkan itu, semakin besar ia rasakan tenaga yang bisa ia gunakan. Ia bayar kerinduannya kepada anak-anaknya itu dengan bekerja lebih antusias. Menyapa anak-anak di kompleks kami seperti ia menyapa anaknya sendiri. Menjajakan kue kepada orang-orang dengan keyakinan kue-kue itu akan jadi sumber energi juga bagi orang-orang yang bekerja untuk anak-anak mereka.

Tidak kecewa dengan harga-harga yang mulai naik, dan BBM yang membubung?, tanya saya sedikit menggoda pemikirannya untuk berpikir menyalahkan keadaan. Tetapi Suwarti rupanya tak tertarik membicarakan apa yang ia rasa bukan urusannya. “Saya tidak mau memikirkan yang membuat pusing kepala saya Pak,” kata dia. Menurut dia, sepanjang ia masih bisa menabung, dan sepanjang uang yang harus ditabungnya setiap bulan tak berkurang, ia tak mau berpikir susah-susah. Walau pun untuk itu ia mungkin harus mencukupkan uang sisa setelah tabungan itu untuk makan ala kadarnya bersama suaminya. Dan, berarti juga, ia tak boleh sakit. Kalau pun sakit, ia harus berpura-pura tidak sakit.

Lebaran ini Suwarti tidak mudik. Menurut dia, beberapa bulan lalu suaminya telah mudik karena mertuanya laki-laki berpulang. Itu artinya sang suami telah mudik yang berarti pula kemewahan untuk mudik tahun ini telah terpakai, walau pun bukan pada waktunya. Kerinduannya kepada anak-anaknya, mungkin harus ia bayar pada lebaran tahun depan, atau di suatu masa di bulan-bulan depan, manakala ada rezeki yang berlebih.

Ketika saya mengatakan terimakasih banyak, sudah mau saya ajak berbincang-bincang, ia tersenyum dan juga mengucapkan terimakasih. Ketika saya silakan, teh manis yang disuguhkan istri saya ia habiskan sekali teguk, pertanda ia mungkin sudah kehausan sejak tadi. Saya menyalahkan diri sendiri, betapa egoisnya saya tak mempersilakannya minum dari tadi, dan lebih medahulukan kepentingan saya menanyai dia. Ia kemudian merapikan keranjang kuenya dan menggendongnya kembali. Hari masih jam 10 lewat sedikit, ketika ia akan pulang ke rumahnya, lebih kurang lima kilometer dari tempat kami. “Mari Pak,” katanya mengangguk. Senyumnya itu, akan selalu membuat saya bangga sebagai orang Indonesia

2 comments:

  1. Malem bapak/ibu.. Saya ingin tanya2 mngenai perumahan villa dago tol krn berencana membeli rumah dsana..apakah ada alamat emailny?

    ReplyDelete
  2. Malem bapak/ibu.. Saya ingin tanya2 mngenai perumahan villa dago tol krn berencana membeli rumah dsana..apakah ada alamat emailny?

    ReplyDelete

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com

DARTAR ISI BLOG

  1. cara mengecek hp samsung galaxy asli atau palsu
  2. Adding Speed Browsing
  3. How to improve computer speed
  4. Turbo Connect: Faster Internet Solutions
  5. edit foto mudah cepat keren gak ribet
  6. sejarahfacebook
  7. Langkah mengatasi akun Fb yang di hack
  8. Teens and Internet Pornography
  9. kelebihan dari Opera 11 Beta
  10. Negative Impact of Technology
  11. Kumpulan Update Status FB 1
  12. Kumpulan Update Status FB 2
  13. 10 keluhan cewek tentang cowok
  14. Cara Cowok Menghadapi Cewek Menangis
  15. tips menghadapi cewek sok jual mahal
  16. ciri-ciri pria berbakat untuk selingkuh
  17. festival seni dan budaya kabupaten Pesawaran
  18. tari sembah tari sigeh penguten
  19. tari bedana salah satu tarian adat Lampung
  20. tari cangget lampung
  21. all in one serial number keygen
  22. pesawaran district held festival
  23. Update Status FB Dengan Kata-Kata Mesra
  24. cara meningkatkan kecepatan komputer
  25. cara buat auto like status fb-teman
  26. cara abaikan semua permintaan di facebook
  27. sms service on facebook threatened will
  28. Wow ... Miyabi Want to Play Movies Together Ariel peterpan
  29. puppet so attractions tourism in indonesia
  30. missing maradona waves rolled in bali
  31. kuku kaki jadi petunjuk risiko kanker
  32. cara memasang produk amazon ke Blog
  33. layanan sms Di Fb terancam punah
  34. cerita insipirasi dan motivasi selalu Ada Pagi
  35. story inspiration and motivation always
  36. Masih perawan kah Caloh pasangan Anda?
  37. Still Virgin Candidates Your mate, It's How to Distinguish Virgin Girl
  38. Memperbesar Photo Profile Di Facebook Cukup Dengan Menggeser Mouse
  39. mengirimkan ciuman ke pacar atau Gebetan baru melalui Facebook
  40. penyakit pengguna baru facebook
  41. TRIK CARA MEMBUAT SOFWER MENJADI PORTABLE
  42. tips bermain menang poker di facebook
  43. pertolongan pertama setelah kena Gigitan atau cakaran Kucing atau anjing
  44. benarkah facebook tingkatkan risiko Kanker
  45. tips menang main zynga poker di facebook
  46. 10 ponsel terlaris Tahun 2011
  47. blogger china ngamuk di facebook
  48. Free Ultra Net Booster
  49. Perubahan Keamanan Facebook Dapat Membuat Account Kita Beristirahat Untuk Selamanya ( Pasrah Dech )
  50. Keuntungan Dan Kerugian Akibat Keamanan FACEBOOK Yang Semakin Sensitif
  51. Hati2 yang Suka bikin Status Lebay, Skg Udah Ada Mobil Patroli Facebook
  52. Perlu Anda Ketahui..!,Mengetahui Karakter Seseorang Dari Cara Mengupil nya
  53. Kebiasaan Di Facebook Mengungkap Diri Kalian! Wajib kalian ketahui
  54. "Crimes" Performed by Women on Facebook
  55. “Kejahatan” yang Dilakukan Wanita di Facebook
  56. Penyebab Orang Semakin Kurang Tidur

Entri Populer